Asumsi-asumsi yang perlu dipatok sebagai
landasan pengembangan konsep pemberdayaan belajar mahasiswa, yang pada
gilirannya juga menjadi landasan praktek pendidikan di perguruan tinggi.
• Mahasiswa adalah makhluk yang bebas membentuk dirinya sendiri
• Mahasiswa adalah makhluk yang bermartabat
• Mahasiswa mampu mengontrol dirinya sendiri
• Mahasiswa adalah “si belajar” dengan karakteristiknya yang khas
Konsep pendidikan juga perlu ditinjau
lagi. Secara sederhana kita sering mengungkapkan bahwa pendidikan
dimaksudkan untuk menanamkan nilai yang kita anggap “baik” dalam diri
mahasiswa. Kalau kita mengembangkan suatu konsep bahwa mahasiswa harus
diberdayakan untuk belajar, maka konsep pendidikan seperti itu tidak
cocok. Mahasiswa bukanlah ladang yang subur tempat orang dosen
menanamkan pikirannya. Hubungan dosen dengan mahasiswa tidak dapat
dilakukan seperti halnya hubungan seorang petani dengan ladangnya.
Konsepsi pemberdayaan belajar mahasiswa
sangat penting untuk diimplementasi. Masa depan bangsa dan negara kita
ada di tangan mereka, yang sekarang ini kita sebut sebagai Mahasiswa.
Masa kini adalah masa kita, masa depan adalah masa mereka. Mereka akan
mampu melanjutkan membangun bangsa ini, sebagaimana yang dapat kita
lakukan sekarang, kalau mereka menyiapkan diri untuk mengambil peran itu
–bukan disiapkan.
Masih banyak fenomena
pendidikan/pembelajaran lainnya yang sekarang ini terjadi tanpa disadari
mengapa itu dilakukan. Upaya-upaya untuk memperbaikinya juga tidak
mudah dilaksanaakan — ibarat sebagai penyakit keturunan amat sukar
disembuhkan. Bagaimanapun juga, untuk memperbaiki penyelenggaraan
pendidikan/pembelajaran di perguruan tinggi membutuhkan informasi yang
memadai tentang karakteristik belajar mahasiswa dan bagaimana menata
lingkungan agar mahasiswa dapat belajar dengan caranya yang terbaik.
Salah satu karakteristik mahasiswa,
terutama mahasiswa-mahasiswa yang termasuk berbakat, adalah kebutuhan
akan kebebasan dalam melakukan kontrol diri. Fenomena-fenomena
pendidikan di atas nyata sekali membatasi kebebasan mahasiswa untuk
bertindak kreatif-produktif. Hampir semua perilaku dikontrol oleh
kondisi atau sistem yang berada di luar diri mahasiswa sehingga yang
terbentuk nantinya adalah mahasiswa-mahasiswa yang “manis” dan “patuh”
pada kehendak lingkungan. Secara khusus, meskipun keinginan belajar,
cara belajar, dan hal-hal lain yang terkait dengan pemberdayaan belajar
mahasiswa banyak tergantung pada pembawaan, namun sejauh mana belajar
itu benar-benar terjadi dalam diri mahasiswa tergantung pula pada
kondisi lingkungannya.
Banyak mahasiswa yang memiliki potensi
belajar tinggi (terutama pada mahasiswa berbakat) tidak dapat
menunjukkan keunggulannya karena lingkungannya secara sistematik dan
sistemik menghambat pertumbuhan belajarnya. Oleh karena itu, siapapun
dia, apabila berniat memberdayakan belajar mahasiswa tatalah lingkungan
belajar agar mahasiswa bebas dalam menikmati dunia belajar yang
sesungguhnya. Perguruan tinggi dewasa ini kurang mampu menampilkan diri
dalam upaya menjawab tantangan ini.
Di berbagai perguruan tinggi, sangat
mudah ditemukan fenomena-fenomena yang secara sistematik dapat
menghancurkan gairah belajar mahasiswa. Perguruan tinggi tidak dirancang
dengan baik untuk menumbuhkan pribadi-pribadi unggul yang nantinya
benar-benar mampu hidup di era baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar